Nov 20, 2023
7 mins read
198 views
7 mins read

Serial Kuliah Kebahagiaan: 7 Kebiasaan Orang Bahagia

Serial Kuliah Kebahagiaan:  7 Kebiasaan Orang Bahagia

Iswahyudi

Lebih dari sepuluh tokoh dari masa lampau hingga tokoh kini baik dari dunia Timur maupun Barat barat telah memberikan pandangan mereka tentang kebahagiaan. Mulai dari Sang Budha, Sokrates, Konfusius, Aristoteles, Mencius, Al Ghozali, Thomas Aquinas, Zhangzi, John Lock, Victor Frankle, Willam James, Abraham Maslow, Marie Johada, Mihaly Csikszentmihalyi, Martin Seligman, Ed Deiner, Barbara Fredrickson, dan Ellen Langer.

Kita bisa melihat evolusi, elaborasi, dan pendalaman tentang masalah kebahagiaan. Namun semua itu pada akhirnya tergantung pada kita sendiri apakah memilih untuk bahagia, dan menjadikannya sebagai kenyataan dalam kehidupan. Dan itu tidak terwujud tanpa mewujudkan kebiasaan-kebiasaan untuk menjadi orang yang bahagia.

Semua akhinya dimulai dari sebuah pemikiran, kemudian menjadi tindakan, menjadi sebuah kebiasaan hidup. Dan kebahagiaan bisa terwujud. Berikut ini 7 kebiasaan yang perlu dilakukan para pengejar kebahagiaan agar bahagia bukan hanya sekedar menjadi wacana atau impian tapi menjadi kenyataan kehidupan.

7 habit.jpg


Pertama, Kebiasaan Membangun Hubungan Persahabatan yang berkualitas


Manusia walaupun dianugerahi kehendak bebas, tapi ia tidak bisa melepakan dari masyarakat di mana ia hidup. Masing-masing individu mempunyai peran tertentu dalam masyarakat. Maka dari itu terjalin hubungan antar sesama. Bisa berhubungan secara formal dalam pekerjaan,profesi maupun perdagangan dan lain-lain. Pun juga ada hubungan yang lebih intens dan mendalam seperti keluarga, atau persahabatan. Filosof Tiongkok Konfusius pernah mengatakan bahwa sebuah kebahagian ketika ada teman atau sahabat dari jauh berkunjung. Sahabat ini dimaksudkan adalah sahabat sesama pencari kebahagiaan atau Jalan (Tao).

Di era sekarang untuk mencapai bahagia tak harus teman sesama pencari Jalan, tapi berdasarkan penelitiaan para ilmuwan untuk bahagia seseorang butuh seseorang yang bisa mendengarkan dan memahami perasaan, harapan, dan penderitaan yang dialami dalam kehidupan. Seseorang membutuhkan “Respon aktif-konstruktif,” yaitu respon untuk mengungkapkan minat yang tulus terhadap apa yang dikatakan orang, dan merespons dengan cara yang memberi semangat, adalah cara yang ampuh untuk memperkaya hubungan dan memupuk emosi positif…”. Dan menurut beberapa penelitian seseorang akan lebih bahagia apabila ia mempunyai lebih banyak persahabatan yang berkuailitas. Seseorang perlu memiliki satu atau lebih pertemanan untuk berbagi perasaan pribadi (pengungkapan diri), yang itu berfungsi untuk meredakan stres dan depresi. Sebagai seorang sahabat misalnya ia harus mampu mendengarkan dengan cermat dan merespons dengan cara yang memberi semangat (Active-Constructive Responding). Yang tujuannya adalah menumbuhkan pikiran positif dan memperdalam hubungan.


Orang yang “memiliki ikatan yang kuat dengan teman dan keluarga serta komitmen untuk menghabiskan waktu bersama mereka” memiliki tingkat kesejahteraan tertinggi”

(Diener & Seligman, 2002).


Pada intinya kebahagiaan itu lebih mungkin untuk diwujudkan bersama teman dengan saling mendukung, dan saling membangun atmosphir sehingga membangun emosi-emosi positif yang menentukan kebahagiaan.

Kebiasaan membangun hubungan persahabatan yang berkualitas membutuhkan sebuah kebiasaan yang lain yaitu (1)Komunikasi yang baik dan suportif, termasuk mendengarkan dengan cermat tanpa tujuan lain selain memahami orang lain, membantu membangun dan memperkuat hubungan.(2) Mencoba melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan mencapai pemahaman bersama tentang dunia menandakan kepedulian, rasa hormat, dan dukungan. (3) Mendengarkan tanpa menghakimi juga menandakan kesediaan untuk dipengaruhi – sehingga membuat kita (dan pandangan dunia yang kita hargai) rentan terhadap pengaruh.


Kedua, Kebiasaan Selalu Berbuat Baik

Kembangkan kebaikan. Orang yang menjadi sukarelawan atau sekadar peduli pada orang lain secara konsisten tampaknya lebih bahagia dan tidak mengalami depresi. Meskipun “kepedulian” dapat melibatkan kesukarelaan sebagai bagian dari kelompok atau klub yang terorganisir, hal ini dapat melibatkan tindakan kebaikan secara acak, seperti menghubungi kolega atau teman sekelas yang terlihat kesepian atau sedang bergumul dengan suatu masalah.


Kebaikan dan tindakan kasih sayang adalah kunci utama untuk menjadi lebih bahagia, baik menurut kebijaksanaan kuno maupun ilmu pengetahuan modern.Baik tindakan kebaikan yang dilakukan secara spontan maupun tindakan baik yang direncanakan, seperti menjadi sukarelawan, dapat menghasilkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang lebih besar, dan frekuensi tindakan ini penting dalam kaitannya dengan manfaat yang dirasakan.

Inti dari kebaikan yang dilakukan secara acak adalah Anda tidak memperhitungkan manfaat apa yang akan Anda peroleh. Itu kebaikan demi kebaikan.Tindakan terkecil, seperti mengungkapkan rasa terima kasih, atau membantu seseorang mengerjakan tugas rumah tangga, dapat meningkatkan mood kedua belah pihak.


Bagaimana kita tahu bahwa kebaikan adalah kunci kebahagiaan? Kebijaksanaan kuno dan sains modern memberi tahu kita hal yang sama. Konfusius pernah berkata kepada murid-muridnya,“Ada satu benang merah yang merangkai ajaran saya.” Benang merah yang menjadi inti ajaran Konfusius adalah konsep Tiongkok tentang “shu,” yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain, dan bertindak berdasarkan hal tersebut. Saya kira Anda bisa menggambarkan kebiasaan itu sebagai “kebaikan yang bijaksana,” atau empati yang diterapkan. Kebaikan adalah benang yang mengalir melalui kebiasaan orang-orang bahagia seperti benang yang menembus untaian manik-manik.

Ketiga, Kebiasaan Hidup Sehat

“Mensana Incorporesano” (dalam tubuh yang sehat, ada pikiran yang sehat”. Plato pernah mengatakan"Sebagian tidak akan pernah baik, kecuali keseluruhannya baik." –Plato. Banyak penelitian ilmiah menunjukkan hubungan erat antara pikiran dan tubuh. Faktor gaya hidup positif termasuk olahraga, nutrisi, sinar matahari, dan tidur dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan mental serta menurunkan insiden depresi dan kecemasan. Intinya kalau Anda ingin meraih kebahagiaan, kesehatan fisik tidak bisa diabaikan. Kebiasaan hidup sehat adalah prasyarat untuk kebahagian.



Keempat, Kebiasaan Menemukan atau Mencapai Flow ( Mengalir)

Flow itu terwujud ketika seseorang begitu terlibat dengan apa yang ia kerjakan sehingga ia gembira dan larut sehingga seakan ia mengalami lompatan waktu. Mihaly Csikszentmihalyi menggambar flow sebagai “Anda melakukan apa yang Anda lakukan terutama karena Anda menyukai apa yang Anda lakukan. Jika Anda belajar hanya karena alasan eksternal dan ekstrinsik, Anda mungkin akan melupakannya begitu Anda tidak lagi dipaksa untuk mengingat apa yang ingin Anda lakukan…Itulah Flow”

Tiap orang mungkin pernah mengalami dirinya begitu tenggelam dalam apa yang dilakukan hingga lupa waktu. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Viktor Frankl yang sintas dari kamp konsentrasi Nazi, pernah berkata, “Apa yang sebenarnya dibutuhkan manusia bukanlah keadaan tanpa ketegangan, melainkan perjuangan dan perjuangan untuk mencapai tujuan yang layak baginya” (Frankl, 1992). Ada enam faktor agar flow (mengalir) bisa terwujud yaitu (1) Konsentrasi yang intens dan terfokus pada momen saat ini. (2) Penggabungan tindakan dan kesadaran, (3) Hilangnya kesadaran diri reflektif, (4) Rasa kendali atau hak pribadi atas situasi atau aktivitas, (5) Distorsi pengalaman temporal, (6) Pengalaman aktivitas yang secara intrinsik bermanfaat atau pengalaman autotelik.

Semakin banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa flow sangat berkorelasi dengan kebahagiaan, baik SWB (Subjective wellbeing) maupun PWB (Psychological wellbeing). Selain itu, ditemukan bahwa orang yang sering mengalami flow juga mengembangkan sifat positif lainnya, seperti peningkatan konsentrasi, harga diri, dan kinerja.

Kelima, kebiasaan Terlibat secara spirit dan makna

Bagaimana seseorang bisa selalu terlibat secara spirit dan makna dalam setiap hal yang ia lakukan? Seseorang harus bisa menemukan jawaban dari pertanyaan ‘mengapa’ sebuah pekerjaan atau misi harus dilakukan? Mengapa seseorang tukang becak harus banting tulang tak peduli hujan panas? Tukang becak itu bisa dikatakan terlibat secara spirit dan makna ketika ia mengatakan bahwa ini semata karena tanggung jawab sebagai kepala keluarga, sebuah perjuangan agar anaknya bisa makan dan sekolah sehingga hidup lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Lebih dalam lagi tukang becak itu ternyata ingin membangun peradaban dari anak-anaknya yang bisa mendapatkan pendidikan yang baik.

Sebuah kisah sering kita dengar dimana ada dua orang sedang menata batu bata. Orang pertama adalah tukang bangunan. Ketika ditanya apa yang ia lakukan. Ia menjawab ia sedang ‘nguli ‘ atau memasang batu bata. Orang kedua yang seorang insinyur yang pada waktu itu pas menata batu bata. Ketika ditanya apa yang sedang ia lakukan, ia menjawab ‘saya sedang membangun menara’. Itulah perbedaan antara tukang batu dan insinyur yaitu beda dalam spirit, alasan, dan makna.

Keenam, Kebiasaan Menemukan dan Menggunakan kekuatan Seseorang


Studi yang dilakukan oleh para ahli seperti Martin Seligman di bidang baru Psikologi Positif menunjukkan bahwa orang yang paling bahagia adalah mereka yang telah menemukan kekuatan unik mereka (seperti ketekunan dan pemikiran kritis) dan menggunakan kekuatan tersebut untuk tujuan yang lebih besar daripada tujuan pribadi mereka. Menurut Ryan Niemiec mengatakan “Kekuatan khas Anda kemungkinan besar adalah “kekuatan yang paling penting bagi Anda, yang paling penting bagi identitas pribadi Anda.”

“…Jika perbuatan apa pun dilakukan dengan baik, maka perbuatan itu dilakukan sesuai dengan keutamaan yang sesuai: jika demikian halnya, maka kebahagiaan menjadi aktivitas jiwa yang sesuai dengan kebajikan.” –Aristoteles

Mencius mengatakan“ketika mereka (kecambah kebajikan) digembirakan, mereka akan tumbuh. Begitu mereka mulai tumbuh, bagaimana cara menghentikannya? Karena tidak dapat dihentikan, tanpa disadari kaki seseorang mulai menari dan tangan mulai bergerak.”




Ketujuh, Kebiasaan Mempunyai Pola Pikir Positif (Optimisme, Perhatian dan Syukur)

Optimisme adalah sebuah pola fikir yang memandang bahwa ‘badai pasti berlalu’, ‘selalu ada cahaya perak di mendung yang gelap’, ‘pasti ada sejuta solusi dari sejuta masalah’ dan lain-lain. Optimisme melambangkan kekuatan harapan. Sementara penuh perhatian (mindfulness) adalah suatu kewaspadaan terhadap internal seseorang, lingkungan dan interaksi antar keduanya. Seorang yang penuh perhatian, bisa mengambil jarak dengan masalah, penderitaan, kebahagiaan, bahwa ia adalah raja bagi diri sendiri yang mempunyai kekuatan untuk memilih antara ia ingin bahagia atau tidak. Ia sadar dengan setiap pilihan dan konsekuensi dari pilihannya dan berani menghadapinya.

Sedangkan syukur adalah penerimaan atas segala yang terjadi, yang diperoleh, maupun yang tidak diperoleh. Syukur itu sesuatu kekuatan yang sangat kontruktif agar jiwa sesorang selalu stabil, dan energi positifnya bisa menarik lebih banyak energi positif yang lain.

Jadi intinya, lakukukan 7 kebiasaan diatas, maka kebahagiaan bukan sekedar angan atau syair lagu cinta yang sering kita dengar.

Pernah terbit di www.epochtimesindonesia.com edisi 811