Wan Jaya
Malam itu, langit Washington D.C. terbalut kabut tipis, seakan menunggu drama besar yang sudah diprediksi bakal berlangsung. Di satu sudut kota, para ahli politik dan intelijen AS sibuk berdiskusi. Di sisi lain dunia, Beijing bersiap dalam diam. Kali ini bukan hanya angin politik yang bergeser, tetapi juga arah badai besar yang akan membawa dampaknya hingga ke gedung-gedung putih dan besar di seberang lautan. Ada sesuatu yang lebih dalam yang sedang dimainkan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) dalam pemilu Amerika Serikat 2024—dan bukan sekadar memberi tepukan ringan di pundak.
Jika kita anggap dunia ini adalah panggung teater, maka pemilu AS 2024 adalah panggung terbesar. Dan di tengah kerumunan aktor dan penonton yang memadati arena, Tiongkok sedang menunggu dengan senyum dingin, seperti seorang maestro yang tahu betul bagaimana menggerakkan tali wayang. Mereka tidak ikut serta langsung dalam peran utama, tapi jarum-jarum mereka bisa mengatur setiap gerakan. Cawe-cawe. Itu istilah yang pas. Sebuah campur tangan yang begitu cerdas, menguntungkan, dan sekaligus penuh misteri—mencampuri permainan, namun tak tampak memegang kendali secara langsung.
Teater Politik yang Rumit
Partai Komunis Tiongkok (PKT) bukanlah sekadar "pemegang saham" biasa dalam perpolitikan global. Mereka adalah para penjaga gerbang, memegang kunci utama yang bisa membuka pintu dunia—dan tentu saja, menutupnya kapan pun mereka mau. Dalam hal ini, mereka menyadari betul bahwa pilihan presiden AS bisa menentukan arah angin dunia. Ketika Komunitas Intelijen AS (IC) mengungkapkan bahwa Tiongkok tengah berusaha memengaruhi pemilu AS 2024, kita perlu bertanya: apa yang mereka harapkan dari semua ini? Mengapa mereka begitu terobsesi dengan hasil pesta demokrasi negeri yang jauh di seberang samudra itu?
Pemilu AS adalah mesin penggerak kebijakan dunia, tempat di mana keputusan-keputusan besar dilahirkan. Jika Amerika memilih pemimpin yang keras terhadap Tiongkok, seperti yang terjadi dengan Donald Trump di masa lalu, Tiongkok harus siap untuk menghadapi badai perdagangan, sanksi, dan ketegangan geopolitik. Sebaliknya, jika Harris kembali terpilih, mungkin Tiongkok berharap ada sedikit celah untuk bernafas. Tetapi ada yang lebih dalam dari sekadar mendukung satu pihak. PKT bukan hanya peduli tentang siapa yang menang—mereka lebih peduli tentang bagaimana caranya mereka bisa tetap mengendalikan narasi besar dunia.
Manipulasi Narasi: Tali-tali yang Ditarik
Bayangkan Tiongkok seperti seorang pemusik orkestra. Mereka tidak memainkan alat musik di depan, melainkan menarik tali-tali halus yang menggerakkan seluruh orkestrasi. PKT tahu bahwa dunia ini bergerak dengan narasi, dan mereka ahli dalam menciptakan narasi-narasi baru, bahkan dengan cara yang sangat tersembunyi.
Pernahkah Anda mendengar tentang “spamouflage”? Ini adalah istilah yang diciptakan untuk menggambarkan cara Tiongkok mencampuri media sosial dengan akun-akun palsu yang menyebarkan teori konspirasi, kebencian, dan rumor. Itu seperti mengirimkan angin ribut ke pasar yang tenang—mengganggu dan membuat ketidakpastian. Inilah cara mereka memainkan permainan politik dengan cara yang sangat cerdik, penuh perhitungan. Meskipun akun-akun ini berpura-pura menjadi orang Amerika, mereka berbicara dalam bahasa Mandarin dan bekerja sepanjang jam kerja Beijing, seperti mesin yang tak henti-hentinya memutar roda propaganda. Hasilnya? Ketidakpuasan, kebingungan, dan kebencian tersebar dengan cepat.
Bukan hanya dalam bentuk media sosial. Tiongkok juga bermain di balik layar, seperti seorang penyihir yang bisa mengubah wujudnya. Mereka tidak hanya memanipulasi opini publik, tetapi juga mempengaruhi kebijakan luar negeri. Apakah mereka menginginkan Trump terpilih, atau malah Harris kembali berkuasa? Itu bukan hal yang pasti. Yang jelas, PKT ingin memastikan bahwa siapa pun yang terpilih, kebijakan luar negeri AS tidak akan mengancam dominasi mereka. Mereka ingin mengatur langkah AS agar tetap di jalur yang bisa mereka kontrol.
Mengapa Trump atau Harris Sama Saja bagi PKT?
Lalu, siapa sebenarnya yang PKT inginkan? Trump atau Harris? Masing-masing punya daya tariknya sendiri. Trump, dengan gaya politiknya yang blak-blakan dan konfrontatif, bisa jadi menakutkan bagi PKT. Di masa pemerintahannya, perang dagang dengan Tiongkok meletus, dan sikap agresif terhadap Tiongkok sangat jelas. Namun, ada satu sisi yang menarik: Trump cenderung kesulitan membangun konsensus internasional. Kebijakan luar negeri AS, di bawah kepemimpinan Trump, sangat sering mengabaikan aliansi lama, seperti NATO, yang dianggapnya tak sejalan dengan kepentingan AS. Dengan kata lain, Tiongkok melihat bahwa dengan Trump, AS bisa terpecah belah, dan itu bisa menjadi kesempatan untuk memperkuat posisi mereka di kancah internasional.
Sebaliknya, Harris cenderung lebih lembut dan diplomatis. Ia lebih cenderung mencari konsensus internasional, yang bisa membuka peluang lebih besar bagi Tiongkok untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri AS. Tetapi, ada satu hal yang tak boleh dilupakan: ketegangan di dalam negeri AS, polarisasi politik yang semakin tajam, bisa membuat siapapun yang terpilih sulit untuk menjalankan kebijakan luar negeri dengan lancar. Ini adalah celah yang bisa dimanfaatkan oleh PKT.
PKT: Sang Pengatur Permainan
Di dunia yang terhubung oleh teknologi, kekuatan narasi adalah segalanya. Dan di sinilah PKT bermain dengan sangat licik. Mereka tahu betul bahwa siapa pun yang menguasai narasi akan menguasai dunia. Bukan hanya mempengaruhi hasil pemilu, mereka juga mempengaruhi bagaimana dunia melihat setiap kejadian besar. Perang di Gaza? Bagi mereka, ini adalah kesempatan untuk merusak citra AS dan menanamkan keraguan pada kebijakan internasional AS. Setiap kebingungan, ketegangan, dan ketidakpastian yang mereka tanamkan adalah benih-benih yang akhirnya berkembang menjadi gangguan besar dalam tatanan dunia.
Apa yang dilakukan PKT bukan hanya sekadar mencampuri pemilu AS. Itu lebih dari itu. Mereka sedang menciptakan arena baru di mana kebingungan dan ketidakpastian bisa berkembang subur. Mereka bukan hanya ingin menang, mereka ingin merubah permainan. Inilah yang disebut dengan cawe-cawe—tanpa perlu tampil sebagai pemain utama, mereka bisa mempengaruhi setiap keputusan besar. Seperti seorang pendeta yang berbicara dengan lembut, namun menanamkan keyakinan yang kuat di hati orang-orang.
Kesimpulan: Teater yang Terus Berlanjut
Pemilu AS 2024 adalah panggung besar yang akan memengaruhi bukan hanya Amerika Serikat, tetapi seluruh dunia. Dalam teater global ini, PKT memainkan perannya dengan sangat halus—menggerakkan tirai, menarik tali-tali yang tak terlihat. Siapa yang terpilih sebagai presiden bukan hanya tentang siapa yang lebih baik atau lebih buruk bagi Tiongkok, tetapi tentang siapa yang bisa memberikan ruang bagi Tiongkok untuk terus berkembang tanpa banyak gangguan. Dan seperti halnya dalam permainan catur, terkadang gerakan paling bijak adalah gerakan yang tidak terlihat, yang tak pernah menyentuh papan. PKT tahu itu.
Leave a Comment