Mengapa Tidak Semua Orang Dapat Bertemu Tuhan dalam Hidupnya?

Dahulu kala ada seorang Kepala desa yang adil, dan memimpin desanya dengan sangat baik. Dia sangat dihormati oleh seluruh penduduk desa. Dia juga religius dan disiplin beribadah, menyembah, serta selalu mengingat Tuhan dengan penuh rasa hormat.

Bukan hanya itu, dia juga senantiasa menjalankan perintah Tuhan, dan menjauhi larangan Tuhan.

Suatu hari ketika berdoa, Tuhan datang kepadanya, berkata, “Aku sangat senang denganmu. Kamu selalu rajin beribadah, menjalankan perintah-Ku, dan menjauhi larangan-Ku. Katakan padaku, apakah ada sesuatu yang kamu inginkan?”

Kepala desa merasa sangat senang, dia menjawab, "Aku sudah puas dan senang memiliki segala seuatu yang telah diberikan oleh-Mu. Tidak ada apa pun lagi yang aku inginkan, kecuali, aku ingin bertemu dengan-Mu, aku ingin melihat-Mu. Bisakah?”

Tuhan lalu menjawab, “Tentu saja, mengapa tidak?”

Kepala desa berkata lagi, “Namun, aku punya keinginan lain, aku ingin Engkau memberi berkah yang sama kepada semua penduduk desa yang aku pimpin. Tolong beri mereka juga kesempatan untuk melihat-Mu.”

Tuhan lalu berkata lagi, “Baiklah, besok ajaklah semua penduduk desa bersamamu ke puncak gunung, dan mereka akan dapat melihat-Ku, bertemu dengan-Ku.”

Mendengar ini, Kepala desa sangat senang dan berterima kasih kepada Tuhan.

Pengumuman dibuat di seluruh desa bahwa, besok semua orang harus berkumpul di kaki gunung dan dari sana semua akan pergi ke puncak gunung bersama-sama, untuk bertemu dan melihat Tuhan, karena Tuhan sendiri akan hadir di sana.

Keesokan harinya, Kepala desa dan penduduk desa mulai berjalan menuju puncak gunung bersama-sama.

Di tengah perjalanan, semua orang melihat bagian gunung di sisi kiri dan kanan mereka, ditutupi dengan koin perak. Beberapa orang dari antara mereka mulai berlari ke arahnya, dan mengumpulkan koin-koin perak di sana.

Kepala desa yang bijaksana memperingatkan semua orang bahwa tidak seorang pun harus memperhatikan hal-hal ini, karena mereka akan segera bertemu Tuhan. Jangan lewatkan kesempatan sekali seumur hidup ini untuk koin-koin perak di sana.

Tapi beberapa orang yang dirasuki oleh keserakahan, justru berlari ke tepi jalan dan mulai mengambil banyak sekali koin perak, kemudian masing-masing dari orang itu membawa sangat banyak koin perak.

Merasa sangat berat untuk mendaki gunung sambil membawa koin perak, akhirnya mereka memutuskan untuk turun dan kembali ke rumah mereka masing-masing.

Orang-orang ini berpikir dalam benak mereka, “Pertama-tama aku harus mengumpulkan koin perak yang sangat banyak ini, aku bisa bertemu Tuhan lain kali.”

Melihat hal ini, Kepala desa melanjutkan perjalanannya dengan hati yang sedih, bersama dengan beberapa penduduk desa yang tidak tergoda.

Setelah berjalan beberapa jauh, ribuan koin emas yang berkilauan muncul.

Kali ini juga, beberapa orang yang tersisa mulai berlari ke sisi dan mengambil sebanyak mungkin koin emas yang bisa mereka bawa, lalu kemudian berjalan pulang ke rumah mereka.

Orang-orang itu berpikir, “Kesempatan seperti ini tidak akan datang lagi. Aku tidak akan pernah bisa mendapatkan begitu banyak koin emas sebanyak ini, tapi Tuhan dapat ditemui lain kali.”

Sekarang hanya Kepala desa dan wakilnya yang tersisa. Kepala desa mulai berkata, “Lihatlah bagaimana keserakahan mengendalikan mereka, mereka kehilangan kesempatan untuk bertemu Tuhan untuk hal-hal duniawi ini. Mereka tidak tahu betapa pentingnya bertemu dengan Tuhan, apalah artinya kekayaan di seluruh dunia, di hadapan Tuhan..?”

“Benar,” kata wakilnya mendukung perkataan Kepala desa.

Mereka mulai melangkah maju bersama. Setelah berjalan beberapa jauh, Mereka melihat cahaya yang menyilaukan, ternyata itu berasal dari ribuan berlian yang tergeletak begitu saja di tepi jalan.

Sekarang bahkan, wakilnya tidak dapat menahan diri. Dia mulai berlari, meninggalkan Kepala desa di belakang, dan mulai mengambil sebanyak mungkin berlian yang bisa dia bawa, lalu kembali ke rumah.

Melihat hal ini, Kepala desa merasa sangat bersalah dan kecewa. Dengan hati yang sangat sedih, dia pergi sendirian.

Di sana Tuhan benar-benar menunggunya. Melihat Kepala desa, Tuhan tersenyum dan bertanya, “Mana penduduk desa yang lain? Kenapa kamu datang sendiri? Aku sudah menunggu untuk bertemu dengan mereka.”

Kepala desa menundukkan kepalanya karena malu, lalu menjelaskan semua peristiwa yang telah terjadi.

Kemudian Tuhan menjelaskan kepada Kepala desa, "Barangsiapa yang lebih mementingkan pencapaian duniawi daripada Aku dalam hidupnya, maka ia tidak akan dapat melihat-Ku atau menemui-Ku...Bukan hanya itu saja, ia juga akan semakin jauh dari kasih sayang dan karunia-Ku!"

Setelah bertemu dengan Tuhan, Kepala desa merasa sangat bahagia, dan kemudian dia pulang kembali ke rumah.

Setelah pulang dan tiba di rumah, betapa terkejutnya Kepala desa, karena ternyata, rumahnya telah dipenuhi oleh sangat banyak koin perak, koin emas, serta berlian.

Makhluk hidup yang berlindung kepada Tuhan dengan pikiran, akal budi, dan jiwanya serta lebih mementingkan Tuhan daripada segala hal duniawi, dialah orang yang sesungguhnya paling dekat dengan Tuhan. Dan, dengan demikian, dia akan menerika berkah serta karunia dari Tuhan.