Seorang pria pergi menemui seorang bijak dan bertanya, "Berapa nilai sebuah kehidupan?"
Orang bijak itu memberinya sebuah batu yang berkilau, lalu berkata, "Pergilah ke pasar dan cari tahu tentang nilai batu ini dan kembalilah. Namun ingatlah untuk tidak menjualnya kepada siapa pun."
Pria itu pergi ke pasar.
Pertama-tama dia bertemu dengan seorang penjual jeruk, menunjukkan batu itu kepadanya dan menanyakan harganya. Penjual jeruk itu berkata, "Batu itu bagus, saya bisa memberimu sekarung jeruk sebagai ganti batu ini."
Kemudian, pria itu pergi ke seorang penjual kain. Penjual kain itu melihat bahwa batu tersebut sangat indah, dia mematok harganya sebagai satu gulungan kain sutera.
Setelah itu, ia pergi ke seorang tukang emas dan menunjukkan batu itu kepadanya. Tukang emas itu segera menawarinya satu kilogram emas untuk batu yang berkilau indah tersebut.
Pria itu kembali menolak dan pergi. Ia menemui seorang penjual perhiasan yang biasa bertransaksi berlian.
Ketika si pria menunjukkan batu itu kepada seorang tukang perhiasan, pertama-tama ia mengambil sehelai kain, membentangkannya di atas meja, meletakkan batu di atasnya, dan dengan menggunakan kaca pembesar, dengan cermat dia memeriksa batu tersebut.
Kemudian dia bertanya kepada si pria, “Di mana kamu menemukan batu rubi yang berharga ini? Saya tidak dapat menentukan harganya, pastinya ini sangat mahal, ini adalah barang yang sangat langka.”
Mendengar hal ini, pria itu pergi dan langsung menemui si orang bijak dan menceritakan seluruh kisahnya dan berkata, “Sekarang, katakan pada saya, berapa nilai sebuah kehidupan?”
Orang bijak itu menjawab, “Penjual jeruk mematok harga batu ini setara dengan sekarung jeruk, penjual kain mematok harganya dengan satu gulungan kain, tukang emas menawarkan satu kilogram emas, dan tukang perhiasan menganggapnya sebagai tak ternilai harganya.
Itu persis sama dengan situasi kehidupan manusia.
Tidak diragukan lagi, kamu adalah batu permata yang sangat langka yang sangat berharga, tapi ingatlah bahwa orang di hadapanmu, hanya akan menilai dirimu berdasarkan status, pengetahuan, dan pemahamannya sendiri.”