Kisah Seorang Biksu dengan 10 Bisul di Tubuhnya

Di suatu masa, hiduplah seorang biksu yang sangat rajin melatih diri, dia selalu disiplin menjalankan sila, dan sangat taat menjalankan ajaran Buddha.

Suatu hari, tiba-tiba ada 10 bisul besar tumbuh di tubuhnya, dan bentuknya agak aneh, bisul-bisul itu agak mirip dengan wajah manusia, dan rasanya sangat menyakitkan baginya.

Setelah bisul-bisul itu tumbuh, dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain mengerang kesakitan sepanjang hari.

Jika ada yang datang menjenguknya dan dia menolak untuk menemui, bisul-bisul itu akan terasa semakin sakit.

Rasa sakit pada bisul-bisulnya akan berkurang sedikit, ketika dia menunjukkan bisul-bisul itu kepada orang yang menjenguknya, seolah dia harus menanggung malu dan memperlihatkan penyakitnya kepada orang lain.

Suatu hari, datanglah biksu suci dari kota lain yang datang menjenguknya, biksu suci ini sendiri merasa heran, mengapa biksu yang sangat disiplin ini, bisa sampai terkena penyakit bisul, dan yang lebih aneh, bisul-bisul itu seolah "hidup" dan “memaksa” agar ditunjukkan kepada orang yang datang menjenguk.

Dia mulai menggunakan kemampuan supernormalnya, dan kemudian dia melihat masa lalu biksu tersebut.

Ternyata, di suatu masa, biksu itu pernah menjadi seorang kepala pasukan tentara. Suatu hari ketika kesatuannya menjalankan tugas di suatu desa, ada warga yang melapor bahwa seorang warga desa disitu telah mati dibunuh, oleh seorang tentara, yang adalah anak buahnya.

Salah seorang tentara itu kedapatan mencuri, dan beberapa orang warga melihatnya dan berusaha menangkapnya, namun gagal dan akhirnya, tentara itu berhasil melarikan diri setelah sebelumnya membunuh salah seorang warga desa. Saat itu berlaku hukum bahwa siapa yang melakukan pembunuhan, harus dijatuhi hukuman mati.

Kepala pasukan ini menjadi marah dan langsung memanggil semua anak buahnya yang ditugaskan di desa tersebut, saat itu ada 11 orang anak buahnya yang ditugaskan di sana, dia langsung mengumpulkan 11 orang anak buahnya, dan menghukum mati mereka semua.

Sebelum hukuman mati dilaksanakan, beberapa anak buahnya berkata bahwa dia tidak adil, mereka sama sekali tidak tahu menahu dan tidak melakukan kesalahan apapun, mengapa mereka juga harus ikut dihukum mati. Kemudian mereka memohon agar dilakukan penyelidikan terlebih dahulu sebelum eksekusi mati dilakukan.

Namun kepala pasukan ini tidak perduli, dia tidak mau mendengar apa yang dikatakan oleh tentara yang merasa tidak bersalah, kemudian eksekusi mati langsung dilakukan pada 11 orang tentara tersebut.

Ternyata 10 arwah tentara yang tidak bersalah itu, tidak menerima ketidakadilan yang terjadi pada mereka, dan di alam lain, mereka masih menyimpan dendam, serta keinginan untuk menuntut balas padanya.

Mereka terus mengikuti reinkarnasi kehidupan dari kepala pasukan mereka, dan menunggu waktu yang tepat untuk melakukan pembalasan, karena si kepala pasukan itu hanya menjalani kehidupan sebagai orang biasa, mereka tidak banyak bergerak dan hanya menunggu.

Namun kemudian, di kehidupan sekarang, dia berjodoh dengan ajaran Buddha dan menjadi seorang biksu, maka mereka tidak terima jika sampai biksu ini berhasil mencapai pembebasan diri dan pergi ke surga, ada hutang nyawa yang belum dibayar dan berhak mereka tagih, maka sejak dia menjadi biksu, ke-10 arwah itu selalu berusaha untuk membalaskan dendam mereka.

Karena dia sangat taat menjalankan sila, maka ke-10 arwah penasaran tersebut sama sekali tidak bisa mendekatinya, hanya pada satu waktu, biksu ini sedang berjalan dan mencium aroma daging panggang yang sedang dipanggang di suatu rumah.

Dalam pikirannya sekilas, terbayang kelezatan daging panggang tersebut dan dia menelan ludahnya sendiri, membayangkan bahwa dia baru saja mengecap kelezatan sepotong daging panggang.

Itulah saat dia telah lalai menjalankan sila, dan pada saat itu jugalah ke-10 arwah penasaran tersebut bisa mendekatinya, mereka kemudian menjelma menjadi penyakit di tubuh biksu tersebut.