Kisah Si Rubah dan Si Ayam Jantan Muda

Alkisah di tengah hutan, hiduplah 2 sahabat. Ayam jantan muda, dan si bangau. Di hutan yang sama, hiduplah seekor rubah yang licik, yang selalu berusaha untuk memangsa si ayam jantan muda.

Suatu hari, si bangau ingin pergi untuk mencari makan, dan harus meninggalkan si ayam jantan muda sendirian. Dia khawatir, kalau si rubah akan datang dan memangsa si ayam jantan muda.

Jadi bangau berkata: “Hai ayam jantan muda, saya akan pergi untuk mencari makan, saya khawatir saat saya pergi, si rubah akan datang memangsamu. Jadi, kamu tinggal saja di dalam rumah, dan jika ada yang datang, kecuali saya, jangan kamu bukakan pintu!”

Si ayam jantan muda menjawab: “Ah kamu berlebihan bangau, tenang saja, saya pasti bisa menjaga diri.”

(Bangau): “Bukan begitu kawan, si rubah sangat licik, saya khawatir dia akan menipumu dengan muslihatnya.”

(Ayam jantan muda): “Terima kasih atas perhatianmu, tapi tenang saja, saya juga tidak sebodoh itu, saya tidak akan tertipu oleh si rubah.”

(Bangau): “Baiklah kalau begitu, saya pergi.”

Kemudian pergilah si bangau mencari makan. Benar saja, di kejauhan si rubah sedang mengintai. Tepat setelah si bangau pergi, si rubah langsung bergegas mendatangi rumah mereka.

Dia mengetuk pintu, dan berkata: “Ayam jantan, tolong buka pintu.”

(Ayam jantan muda): “Hah! Siapa kamu, mau apa datang kemari?”

(Rubah): “Ini saya si bangau, ada yang tertinggal di dalam rumah, ayo cepat buka pintunya!”

(Ayam jantan muda): “Hmm.. tidak mungkin, suara si bangau tidak seperti itu, kamu pasti bukan si bangau!”

(Rubah): “Justru, tenggorokan saya tiba-tiba sakit, saya ingin mengambil sesuatu di dalam rumah, ayo, cepat bukalah pintunya!”

(Ayam jantan muda): “Saya tidak percaya, kamu pasti bukan si bangau, kamu pasti si rubah, yang ingin memangsa saya kan? Saya tidak akan membuka pintunya.”

Si rubah sadar bahwa dia sudah tidak bisa menipu si ayam jantan muda dengan berpura-pura menjadi si bangau, tapi akal liciknya segera bekerja lagi.

(Rubah): “Baiklah, ya, saya memang si rubah, tapi saya datang ke sini, bukan untuk memangsamu, saya hanya ingin melihat keindahan bulumu.”

(Ayam jantan muda): “Hah! Apa maksudmu?”

(Rubah): Hei, ayam , tahukah kamu banyak hewan di hutan ini  yang berkata bahwa kamu adalah hewan tercantik di hutan ini, warna bulumu sangat indah sekali, dan banyak sekali yang iri dengan kecantikan warna bulumu.”

Si ayam jantan muda mulai merasa senang dan bangga diri setelah mendengar sanjungan si rubah. Rubah itu lalu melanjutkan lagi: “Nah, saya sudah banyak mendengar tentang keindahan bulumu, tapi saya belum pernah melihatnya secara langsung. Sekarang saya datang, hanya ingin melihat keindahan juga mengagumi bulu indahmu. Bukalah pintunya, saya hanya ingin membuktikan secara langsung apa yang dikatakan hewan-hewan lain tentang keindahan bulumu, dan setelah itu, saya akan segera pergi.”

Si ayam jantan muda yang merasa tersanjung, mulai berkurang kewaspadaannya. Dia berkata: “Baiklah, tapi kamu hanya ingin melihat buluku saja kan? Bukan ingin memangsaku?”

(Rubah): “Oh bukan bukan bukan, saya hanya ingin melihat keindahan bulumu, dan setelah itu, saya akan langsung pergi.”

(Ayam jantan muda): “Baiklah.”

Si ayam jantan muda pun membuka pintu, dan malang, tepat ketika pintu dibuka, si rubah langsung menyergap dan memangsanya.

Waspadalah! Ujian yang sebenarnya adalah saat seseorang memuji Anda dengan kata-kata manis dan sanjungan. Jika Anda terlalu terlena dengannya, Anda akan mudah jatuh dalam petaka.