Dahulu kala, di sebuah kerajaan, setelah mengembara kesana-kemari untuk mencari pekerjaan, seorang pemuda pulang ke rumah dengan kecewa, tiba-tiba sebuah suara datang dari belakang, "Bisakah Aku menemukan pekerja di sini?"
Pemuda itu menoleh ke belakang dan melihat seorang lelaki tua berdiri di sana sambil membawa tiga karung goni.
Pemuda itu menjawab, "Ya! Anda bisa mempekerjakan Aku."
Orang tua itu berkata, "Aku ingin pergi ke desa yang agak jauh dari sini. Aku bisa membawa dua karung goni sendiri, tapi jika harus membawa tiga karung, Aku tidak akan mampu. Bisakah kamu membawa satu karung ini? Aku akan memberimu lima puluh ribu rupiah untuk itu."
Pemuda itu setuju dan mengambil satu karung, kemudian meletakkannya di pundak kanannya, tapi saat itu dia baru sadar, bahwa karungnya cukup berat.
Si Pemuda bertanya, "Karung ini sepertinya berat."
Orang tua itu berbisik, "Ya. Itu karena isinya adalah koin perunggu."
Sambil membawa karung itu, si pemuda melihat lelaki tua tersebut mengawasinya.
Pemuda itu berpikir, “Aku hanya peduli dengan upahku. Kenapa lelaki tua itu memandang dengan penuh curiga? Mungkin dia bertanya-tanya apakah Aku akan melarikan diri. Namun, Aku tidak percaya pada ketidakjujuran dan pencurian. Aku tidak akan berlaku tidak jujur kepada siapa pun karena keserakahan akan koin-koin perunggu ini.”
Akhirnya mereka tiba di tepi sebuah sungai. Si pemuda segera pergi ke air untuk menyeberangi sungai, tapi lelaki tua itu tetap berdiri di tepi sungai.
Sambil menoleh ke arah lelaki tua, pemuda itu bertanya, “Apa yang terjadi? Mengapa kamu berhenti?”
Lelaki tua itu menjawab, “Aku sudah tua. Pergelangan tanganku sakit. Aku tidak sanggup membawa dua karung melewati sungai ini. Jika Aku mencoba, Aku mungkin akan tenggelam. Bisakah kamu membawa satu bungkusan lagi bersamamu? Jangan khawatir tentang upah, Aku akan memberimu lebih banyak.”
Pemuda itu menjawab, “Baiklah, tentu.”
Lelaki tua itu berkata, “Tapi, tidakkah kamu akan melarikan diri dengan ini?”
Pemuda itu bertanya, “Mengapa? Mengapa Aku harus melarikan diri?”
Orang tua itu berkata, “Siapa yang bisa kita percaya hari ini! Karung ini berisi koin perak yang berharga.”
Si pemuda menjawab, “Apakah Aku terlihat seperti pencuri dan orang yang tidak jujur bagimu? Jangan khawatir, Aku bukan orang yang akan menipu siapa pun karena keserakahan. Ayo, berikan Aku karungnya.”
Sambil berkata demikian, si pemuda mengambil karung kedua dan menyeberangi sungai. Bahkan koin perak itu tidak dapat mengalahkan kejujurannya.
Setelah berjalan beberapa saat, mereka tiba di sebuah bukit. Perlahan-lahan si pemuda mulai mendaki bukit, tapi orang tua itu berdiri diam di kaki bukit.
Melihat hal ini, pemuda berkata, “Ayo, mengapa kamu berhenti lagi?”
Orang tua itu menjawab, “Aku sudah tua. Aku tidak bisa berjalan dengan baik. Selain itu, Aku membawa karung ini. Sulit untuk mendaki bukit dengan karung yang Aku bawa ini.”
Pemuda berkata, “Baiklah, berikan saja bungkusan itu. Aku akan membawanya untukmu.”
Orang tua itu dengan ragu menjawab, “Tapi… ada koin emas di dalamnya. Bagaimana jika kamu melarikan diri dengan semua koinku. Aku sudah tua, Aku tidak akan bisa mengejarmu.”
Pemuda itu menjawab dengan suara agak keras, “Aku sudah bilang, Aku bukan orang seperti itu. Demi kejujuran, Aku harus bekerja sebagai buruh. Sebelumnya Aku bekerja sebagai bagian pembukuan di rumah seorang rentenir. Dia biasa menekan Aku untuk menipu orang dengan mengubah rekening, tapi Aku menolak untuk melakukannya dan harus meninggalkan pekerjaan.”
Lelaki tua itu skeptis tentang hal ini, tapi tetap menjawab, “Aku tidak tahu apakah kamu mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Baiklah, ambillah karung berisi koin emas ini. Dan pergilah duluan, Aku akan menyusulmu dengan mendaki pelan di belakang.
Pemuda itu kemudian membawa ketiga karung si lelaki tua, dan berangkat, sementara si lelaki tua tetap tinggal di kaki bukit.
Si pemuda sebetulnya cukup jujur, namun kali ini, godaannya adalah koin emas. Dalam perjalanan, terlintas dalam pikiran pemuda itu, “Jika Aku melarikan diri maka lelaki tua itu tidak akan dapat menangkapku, dan Aku akan menjadi kaya.
Adalah bodoh untuk menolak kekayaan yang begitu mudah. Jika Aku punya uang, Aku akan mendapatkan rasa hormat, kemewahan dan kenyamanan.”
Keserakahan memenuhi hatinya, kejahatan mengalahkan kejujurannya, dan kemudian dia melarikan diri sambil membawa tiga karung itu.
Akhirnya, dia tiba di rumahnya dan membuka ketiga karung yang dia curi. Dia terkejut melihat semuanya hanya berisi batu-batu yang bentuknya seperti uang logam.
Dia kesal sekaligus heran, mengapa lelaki tua itu harus melakukan drama semacam ini.
Kemudian dia menemukan sehelai kertas di antara tumpukan batu itu, bertuliskan:
“Ini dilakukan untuk mencari menteri keuangan yang jujur, yang akan mengurus sekaligus menjaga seluruh harta kerajaan.
Lelaki tua yang membawa tiga karung yang kamu temui, tidak lain adalah perdana menteri yang sedang mencari menteri keuangan yang baru.
Jika saja kamu tidak kabur, kamu akan mendapatkan jabatan tinggi, kehormatan, serta gaji yang besar.”
Kita semua harus waspada. Kita tidak pernah tahu kapan hidup akan menguji kita. Kita harus memahami bahwa keberhasilan dalam menghadapi ujian hidup, terletak pada berpegang teguh, pada prinsip kebenaran, tanpa menyerah pada godaan.