17 Des 2024
4 menit waktu baca
164 view
4 menit waktu baca

Perjalanan Seorang Pemuda untuk Mencari Solusi Masalah Kehidupannya

Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang Ibu dan putranya yang sangat miskin. Suatu hari, si Ibu mendapat kabar tentang seorang suci dan berpengetahuan luas, yang karena kebijakannya, bisa meramalkan serta memberikan solusi untuk masalah setiap orang.

Si Ibu meminta putranya untuk menemui orang suci itu dan menanyakan kepadanya, “Kapan hari-hari kesedihan kita ini akan berakhir?”

Anak itu setuju dan dia mulai berangkat meninggalkan rumah.

Menjelang malam, dia memutuskan untuk beristirahat, dia menemukan tempat untuk bermalam. Itu adalah rumah besar milik seorang keluarga kaya, dan pemilik rumah mengijinkannya untuk bermalam.

Di pagi hari, ketika dia bangun dan hendak pergi. Pemilik rumah bertanya kepadanya, “Nak, kamu mau pergi ke mana?”

Si pemuda bercerita tentang orang suci, dan alasan kunjungannya.

Pemilik rumah berkata, “Nak, jika kamu bertemu dengannya, tolong tanyakan satu hal padanya untuk saya. Saya hanya memiliki satu orang putri. Dia tidak bisa berbicara. Tolong tanyakan padanya, kapan dia bisa berbicara, dan siapa yang akan menikahinya?”

Anak muda ini mengiayakan, dan kemudian melanjutkan perjalannya.

Malam hari kedua tiba, pemuda ini memutuskan untuk beristirahat. Kali ini dia melihat sebuah gubuk pertapa di tepi hutan. Dia pun meminta ijin untuk bermalam di situ, dan pertapa yang tinggal di situ mengijinkannya.

Pagi harinya, si pertapa menanyakan tentang kemana pemuda itu menuju, dan si pemuda menceritakan semuanya.

Pertapa itu lalu berkata, “Nak,saya juga punya masalah, tolong tanyakan masalah saya juga. Masalah saya adalah, sudah 50 tahun sejak saya mulai bertapa, tapi saya belum juga mencapai pencerahan. Kapan dan bagaimana saya bisa mencapai itu?”

Si pemuda mengiayakan, dan setelah memberi hormat kepada si pertapa, dia melanjutkan perjalanannya.

Malam ketiga datang, si pemuda memutuskan untuk beristirahat lagi.

Kali ini, dia sampai di rumah seorang petani.

Dia meminta ijin untuk menginap, dan si petani mengijinkannya.

Pagi harinya, si petani menanyakan tentang tujuan perjalanan si pemuda.

Setelah menjelaskan semuanya, si petani berkata:

“Nak, tolong tanyakan juga. Ada sebidang tanah besar di tengah ladang, dan anehnya, apapun yang saya tanam di sana, tidak bisa tumbuh. Sayang sekali sebidang tanah besar itu tidak dapat ditumbuhi. Tolong tanyakan padanya apa alasannya?”

Pemuda mengiayakan, dan diapun melanjutkan perjalanannya.

Akhirnya, pemuda itu tiba di tempat orang suci.

Dia memberi hormat kepada orang suci tersebut dan kemudian berkata, “Orang suci, saya mempunyai beberapa masalah yang ingin saya tanyakan solusinya. Bolehkah saya menanyakannya?”

Orang suci berkata, “Baiklah, tapi ketahuilah, bahwa kamu hanya boleh mengajukan 3 pertanyaan, saya tidak akan menjawab lebih dari itu.”

Kini, si pemuda bingung. Dia punya 4 pertanyaan: 3 pertanyaan orang lain, dan 1 pertanyaannya sendiri, untuk ditanyakan.

Dia berpikir, “Pertanyaan siapa yang harus saya tinggalkan sekarang?”

Pada akhirnya, setelah banyak berpikir, setelah banyak keraguan, dia memutuskan untuk tidak menanyakan pertanyaannya sendiri, dan menanyakan solusi untuk 3 pertanyaan lainnya.

Orang suci tersebut memberikan jawaban ke masing-masing pertanyaan.

Maka pemuda itupun pamit dan melakukan perjalanan pulang.

Dalam perjalanan pulang, pertama kali dia tiba di rumah si petani. Setelah bertemu dengan petani, dia memberitahunya, “Orang suci itu mengatakan bahwa di tengah ladangmu ada beberapa koin emas, itulah sebabnya tidak ada tanaman yang bisa tumbuh disana.

Ketika petani menggali di sana, dia menemukan banyak koin emas.

Petani berkata kepada si pemuda, “Nak, koin-koin emas ini bisa saya dapatkan, juga karena bantuanmu, oleh karena itu, kamu juga adalah pemiliknya. Biar kita bagi 2 koin-koin ini.”

Si pemuda menerimanya dan melanjutkan perjalanannya.

Sekarang, dia berhenti di pondok si pertapa, dia memberitahunya, “Orang suci itu berkata bahwa kamu tidak bisa mencapai pencerahan karena kamu terikat dengan sebuah permata yang selama ini kamu simpan. Hanya dengan melepas keterikatanmu pada permata itu, barulah kami bisa mencapai pencerahan.”

Mendengarkan ini, si pertapa berkata, “Dia benar. Saya memang telah menyembunyikan satu batu permata yang besar di sini. Batu permata itu begitu indah dan berharga, saya sangat menyayangi benda tersebut.

Baiklah, sekarang mungkin waktunya saya melepas keterikatan pada benda duniawi itu.

Setelah berkata demikian, si pertapa, mengambil sebuah batu permata yang indah dari bawah ranjangnya, dan kemudian memberikannya kepada si pemuda.

Si pemuda menerimanya, lalu dia melanjutkan perjalanannya.

Kini, si pemuda sampai di rumah orang kaya.

Saat bertemu dengan pemilik rumah, pemuda itu berkata, “Orang suci telah mengatakan bahwa suami putri Anda adalah laki-laki, yang ketika dia lihat, dia akan mulai berbicara.”

Saat itu, seorang gadis muda keluar dan ketika melihat si pemuda, tiba-tiba dia bisa berbicara.

Melihat hal ini, orang kaya berkata, “Nak. Kata-kata orang suci itu menjadi kenyataan. Mulai hari ini kamu adalah suaminya.”

Kini si pemuda sampai di rumahnya, dengan membawa koin emas, batu permata, serta calon istrinya.

Saat melihatnya, Ibunya bertanya, “Nak, apa yang guru suci katakan? Kapan kesedihan kita akan berakhir?”

Pemuda menjawab, “Ibu, aku merasa diberkati setelah bertemu dengan orang suci itu. Kita mendapat solusi atas semua penderitaan kita selama ini.”

Ibu bertanya lagi, “Jadi apa solusi untuk menyelesaikan masalah kita?”

Anaknya menjawab, “Ya, Ibu dan aku bahkan tidak menanyakan masalah kita kepadanya.”

Ibu kembali bertanya, “Lalu, bagaimana masalah kita bisa terselesaikan?”

Pemuda itu menjelaskan, “Ibu, aku bertemu dengan beberapa orang di jalan dan mereka menceritakan permasalahan mereka. Ketika aku menanyakan tentang solusi untuk masalah mereka, masalah kita sendiri otomatis terselesaikan.”

Si pemuda kemudian menjelaskan semua kejadian yang dialaminya.

Barangsiapa Mempertimbangkan Kepentingan Orang Lain, Tuhan juga akan Mempertimbangkan Kepentingan Dirinya.